Wayan Sunarta lahir di Denpasar, 22Juni 1975. Menyelesaikan studi antropologi di Fakultas sastra Llniversitas udayana, Bali, 2000. Tahun 1993-1995 aktif dalam Sanggar Minum Kopi Bali. Kemudian mendirikan Sanggar Purbacaraka di Fakul tas Sastra Universitas Udayana.
Menulis puisi, prosa liris, cerita pendek, feature, esai, artikel dan ulasan seni rupa. Tulisan-tulisannya dipublikasikan di harian Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Republika Suara Pembaruaq Sinar Harapan, The Jakarta Post, Bali Post, Nusa' Minggu pagi, Lampung Post, Jurnal Kalam, Jurnal Cak, majalah sastra Horison, majalah Kolong Budaya majalah Coast Lines, majalah Bali Echc, majalah Latitades, Gatra majalah Gamma, majalah Matra Bali, majalah Blocknot Poetry, jurnal Seni Rupa SIDI.
Tahun 2001 Sebuah cerpennya terpilih sebagai Sepuluh Cerpen Terbaik lomba penulisan cerpen yang digelar Harian Bali Post dan dibukukan dalam antologi Obituari Bagi yang Tak Mati (Pustaka Bali Past, 2002).
Tahun 2003, sebuah cerpennya masuk nominasi Krakatau Award lomba penulisan cerpen Nasional vang digelar Dewan Kesenian Lampung, dihimpun dalam manuskrip MuliSikep (DKL, 2003). Tahun 2004,sebuah cerpennya masuk Cerpen Pilihan Kompas 2004, dimuat dalam buku Sepi pun Menari di Tepi Hari (Buku Kompas, 2004).
Dalam bidang puisi, 1993 meraih sejumlah penghargaan lomba penulisan puisi nasional, diantaranya Krakatau Award dari Dewan Kesenian Lampung (2002). Sejumlah puisinya terhimpun dalam 15 antologi bersama, antara lain Antropologi Puisi Indonesia (Angkasa Bandung & KSI Jakarta, 1997). Bali The Morning After (Darma Printing, Australia, 2000), Puisi Tak Pernah Pergi (Buku Kompas, 2003), Juni 2003 diundang membacakan puisi-puisinya pada panggung Indoesia Mutakhir di Teater Utan Kayu Jakarta. Desember 2003 diundang sebagai Temu Sastra Jakarta di Taman Ismail Marjuki (TIM), Jakarta. Mantan wartawan kini penulis freelance, sembari mengasuh komunitas Kembang Lalang di Denpasar.